Senin, 21 November 2011

PSSI Santuni Suporter Tewas Cuma Rp10 Juta

VIVAnews - Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di bawah kepemimpinan Djohar Arifin - Farid Rahman menyatakan akan memberikan santunan terhadap suporter tim nasional Indonesia yang tewas dan terluka saat berlangsung final sepakbola SEA Games 2011 antara Indonesia menghadapi Malaysia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta kemarin malam, Senin, 21 November 2011.
Berapa nilainya?
Ternyata, kata Tommy Rusihan Arief dari Ketua Komite Media PSSI, "Santunan untuk korban yang meninggal, kami menyiapkan uang duka cita sebesar Rp10 juta."

Kemarin, beberapa pengurus PSSI datang menjenguk korban luka di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo. Sejauh ini, belum diketahui data pasti berapa jumlah suporter timnas Indonesia yang mengalami luka-luka. Namun, yang tewas ada dua orang.

Salah satu dari dua suporter yang tewas itu bernama Reno Alfino Arena (20), warga Cililitan, Jakarta Timur. Dia merupakan penabuh drum Dot Band, grup musik yang dibentuk mantan artis cilik Eza Yayang. Satu lagi belum diketahui identitasnya, dan hingga berita ini diunggah masih berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Adapun jenazah Reno sudah dibawa pulang oleh keluarganya.

Peristiwa nahas itu berawal dari jebolnya pintu menuju Sektor 15, yang menyebabkan suporter tak terbendung berdesakan masuk ke stadion. Akibatnya, suporter yang masuk lewat sektor itu membludak. Desak-desakan tak terhindarkan dan mengakibatkan banyak suporter jatuh dan tanpa ampun terinjak-injak massa. (kd
)

Media Malaysia Puji Harimau Muda, Indonesia Tetap Bangga Garuda Muda

Jakarta - Puja-puji mengalir dalam kata bagi skuad tim sepakbola Malaysia yang menyabet medali emas dalam SEA Games XXVI. Media-media di Malaysia menyanjung kemenangan tim yang mereka juluki sebagai skuad 'Harimau Muda' atas 'Garuda Muda' di final SEA Games.

Media berbahasa Inggris beroplah besar di Malaysia, The Star, menulis 'Welcome Home, Champs' dalam lamannya, Selasa (22/11/2011). "Harimau gagah kalahkan Indonesia dalam adu penalti," tulis The Star lagi.

Media Malaysia lainnya pun hampir seragam, seperti New Strait Times (NST) menulis dalam lamannya, 'Harimau Muda Mengaum'. NST pun menggambarkan perayaan kemenangan, dalam tampilan fotonya terlihat Wakil PM Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin dan Menteri Pengetahuan dan Teknologi Malaysia Datuk Fadillah Yusof melonjak gembira saat tim nasional mereka meraih emas.

Bukan hanya media berbahasa Inggris saja, media berbahasa Melayu, Berita Harian, juga menulis pujian bagi Harimau muda. Sedang kantor berita Malaysia, Bernama, menulis bahwa kemenangan tim Malaysia sebagai kesuksesan mempertahankan medali emas SEA Games.

Lain di Malaysia, lain juga di Indonesia. Media di Indonesia menyikapi beragam kekalahan Skuad Garuda Muda. Namun umumnya media di Indonesia tetap memberi pujian bagi Garuda Muda.

Dalam halaman depannya, Republika menulis 'Terhormat', Koran Tempo dengan judul 'Tetap Bangga', Media Indonesia dengan 'Terima Kasih Garuda Muda, Rakyat Merdeka juga hampir serupa, 'Garuda Muda Tetap Juara di Hati Kita', sedang Kompas 'Garuda Muda Bejuang Hingga Tuntas'. Hanya harian Seputar Indonesia yang sedikit mengkritik dengan judul 'Timnas Antiklimaks'.

Pertarungan kedua tim sepakbola nasional, dua negara serumpun ini memang selalu lebih seru, mengundang gengsi dan kebanggaan. Tidak heran kalau media-media di kedua negara pun menaruh pemberitaan tim nasional sebagai berita utama.

Minggu, 30 Oktober 2011

Nenek 60 Tahun Dikira Hamil Padahal Tumor Raksasa

Oxford, Inggris, Perut seorang nenek tumbuh besar seperti wanita hamil padahal usianya sudah menginjak 60 tahun. Bukannya hamil, nenek tersebut ternyata menderita tumor raksasa jinak dengan berat mencapai 17,7 kg.

Jayne Grainger (60 tahun) menderita kista ovarium jinak yang membuat perutnya membesar seperti wanita hamil. Untungnya, tumor raksasa itu kini sudah berhasil dioperasi dan membuat ukuran baju nenek Grainger turun dari 24 menjadi ukuran 10.

"Saya tidak tahan melihat tubuhku di cermin, tapi sekarang saya tidak pernah merasa begitu baik," jelas Jayne Grainger, seperti dilansir mirror.co.uk, Senin (31/10/2011).

Nenek yang sudah menjadi janda ini baru menyadari ada yang tidak beres ketika menemukan ada memar bengkak biru di sekitar perutnya. Namun, pada saat itu tidak ada rasa sakit dan gejala yang ia rasakan, kecuali perutnya yang semakin membesar.

Meski tidak terasa sakit, semakin hari kista tersebut tumbuh semakin besar. Melihat hal tersebut membuat putranya Tim (45 tahun) dan putrinya Jorgie (37 tahun) mendesak Grainger untuk segera menemui dokter.

Tapi Grainger merasa takut dengan petugas medis dan rumah sakit. Ia tidak mau mencari bantuan karena menganggap tidak ada yang salah dengan tubuhnya.

"Meskipun saya punya perut besar dan kaki bengkak, tapi tidak ada daging di lengan atau tubuh bagian tubuh saya yang lain," lanjut Grainger.

Perutnya yang semakin besar membuat Grainger malu dengan penampilannya dan jarang keluar rumah. Ia lebih banyak berada di dalam rumah dan menjadi 'petapa'.

"Saya membuang sampah keluar rumah setelah gelap dan mobil saya diparkir sangat dekat dengan pintu depan rumah, jadi saya bisa masuk tanpa ada yang melihat saya. Kaki saya mulai membengkak sehingga tampak seolah-olah saya menderita elephantitis (kaki gajah)," jelas Grainger.

Gangguan kesehatan yang begitu banyak akhirnya membuat Grainger mau mengunjungi dokter. Dia kemudian dirujuk ke Royal Berkshire Hospital dan hanya beberapa kemudian tumor yang beratnya setara dengan 17 kantong gula, telah diangkat di Churchill Hospital, Oxford.

"Kami berhasil melakukan semuanya tanpa ada masalah, itu adalah hal yang baik. Tumor ini tumbuh sangat lambat dari waktu ke waktu tapi Nyonya Grainger sudah menjadi terbiasa dengan kondisi itu. Itu adalah salah satu yang tumoe terbesar yang pernah terjadi di Oxford. Ini adalah kasus yang sangat aneh," jelas Roberto Tozzi, ahli bedah yang menangani Grainger.

Presiden SBY akan Namai Bayi ke-7 Miliar yang Lahir Hari Ini

 Jakarta, PBB memperkirakan, penduduk dunia yang ketujuh miliar akan lahir tepat pada hari ini. Berbagai peringatan digelar di tiap negara, termasuk Indonesia yang akan diperingati dengan pemberian nama pada bayi ketujuh miliar oleh Presiden SBY.

"Peringatannya berupa pemberian nama oleh presiden. Waktu dan tempat sedang dirancang, kemungkinan di wilayah Jawa Timur atau Jawa Barat," ungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Sugiri Syarief saat dihubungi detikHealth, Senin (31/10/2011).

Menurut Sugiri, peringatan bayi ketujuh miliar di Indonesia baru akan dilakukan pada Selasa (1/11/2011). Karena bayi tersebut baru akan lahir hari ini, maka saat ini pihaknya sedang melakukan pendataan untuk menentukan bayi yang akan mewakili kelahiran penduduk dunia yang ketujuh miliar.

Oleh karena itu, semua bayi yang lahir pada hari ini punya kesempatan untuk menjadi bayi ketujuh miliar. Namun dengan perhitungan dan kriteria tertentu, BKKBN hanya akan memilih 1 bayi sebagai peringatan simbolis untuk menyadarkan bahwa dunia semakin penuh.

Sugiri tidak menjelaskan lebih detail soal penghitungan tersebut, namun teknis penghitungan yang dilakukan beberapa negara sepertinya lebih sederhana. Misalnya, bayi yang lahir pertama kali pada hari Senin (31/11/2011) dianggap sebagai penduduk dunia ketujuh miliar.

Misalnya di Filipina, seorang bayi lahir 2 menit sebelum tengah malam pada Minggu (30/10/2011). Oleh perwakilan PBB di negara tersebut, bayi perempuan bernama Danica May Camacho ini langsung dinobatkan secara simbolis sebagai bayi ketujuh miliar.

Jika di Indonesia bayi ketujuh miliar diperingati dengan pemberian nama oleh presiden, negara lain punya cara sendiri-sendiri untuk memperingatinya. Misalnya seperti diberitakan detiknews, di Rusia, pemerintah menyiapkan kado khusus sedangkan di Pantai Gading akan digelar sebuah acara komedi.

Jumat, 28 Oktober 2011

Bupati Ponorogo Keseleo Lidah Baca Teks Pancasila

PONOROGO, Entah karena alpa, tidak hapal, atau sekedar keseleo lidah. Bupati ponorogo H. Amin tidak urut membaca teks Pancasila saat menjadi Inspektur Upacara pereingatan sumpah pemuda, (28/10). Selesai mengucapkan sila pertama, Amin langsung melompat kesila ketiga. " Pancasila . Satu, ketuhanan Yang Maha Esa. Tiga eh Dua, kemanisiaan yang adil dan beradab," ucap Amin Terbata.

Tak urung peserta upacara yang berlangsung di halaman depan Pendapa Pemkab Ponorogo bingung mengikuti bacan amin. Beruntung, Bupati menyadari kesalahanya dan segera mengubah bacaanya. "Masak kami juga harus menirukan tiga eh dua," kata salah seorang staf di sekretariat pemkab ponorogo yang kemarin mengisi barisan upacara.

padahal, Amin awalnya tampak tenang saat hendak membacakan teks pancasila untuk ditirukan seluruh peserta upacara. setelah ,menerima teks dari ajudan, bupati langsung membuka map warna batik. Mengenakan kacamata bening, amin sengaja mengangkat map itu setinggi dagu bawah. Namun, kekeliruan terjadi saat sila pertama pancasila rampung dibacakan. Akibatnya, tidak sedikit peserta upacara cekikikan mendapati bupati ponorogo keseleo lidah saat membacakan teks pancasila.

Lantaran mereka sadar terjadi kekeliruan ucap, sila kedua ditirukan dengan lancar dan benar.Insiden kecil itu juga tidak mengurangi kekhidmatan upacara bendera yang diikuti kepala dinas, forum pimpinan daerah, siswa sekolah, organisasi kepemudaan, anggota TNI serta POLRI itu. Bupati Amin akhirnya dengan milus memebacakan sambutan menteri pemuda dan olahraga Andi malarangeng dalam rangka peringatan sumpah pemuda.

Namun, kekeliruan Bupati Amin dalam membacakan teks pancasila ternyata langsung berkembang luas. Terbukti persoalan itu sudah diunggah disalah satu group facebook. Unggahan salah satu anggota KPUD itu langsung mendapat tanggapan banyak anggota akun kelompoknya. Banyak yang mencela, namun tak sedikit yang menganggap nya sebagai sesuatu yang manusiawi. Kabag Humas Dan Protokol Pemkab Didik Setyawan menegaskan bahwa kesalahan membaca teks itu tidak sengaja. " Mungkin bupati lelah atau karena silau cahaya matahari sehingga ada kekliruan sedikit," jelasnya. (JP 29/10/11) 

Rabu, 19 Oktober 2011

Moratorium Remisi Koruptor dan Teroris Diberlakukan

20/10/2011 09:31
Jakarta
Meski Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) belum selesai melakukan kajian terkait remisi bagi para koruptor, pemerintah akhirnya memutuskan melakukan moratorium bagi para terpidana kasus korupsi dan terorisme.

Keputusan moratorium remisi bagi para koruptor dan teroris tersebut disampaikan Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham) Denny Indrayana usai melakukan serah terima jabatan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Amir Syamsuddin dari Patrialis Akbar di Jakarta, Rabu.

Denny Indrayana mengatakan bahwa dirinya bersama Menkumham yang baru Amir Syamsuddin dan mantan Menkumham Partrialis Akbar telah melakukan komunikasi awal dan diskusi pada Selasa malam (18/10). Dan sesuai dengan arahan Presiden agar pemberian remisi sejalan dengan pemberantasan korupsi, sejalan perintah undang-undang, dan sejalan dengan rasa keadilan masyarakat.

Karena itu sesuai dengan arahan Presiden dan sambil menunggu hasil kajian yang dimulai sejak masa mantan Menkumham Patrialis Akbar, maka menurut dia, remisi terhadap koruptor maupun teroris akan lebih diperketat.

"Orang menyebutnya moratorium. Sambil proses kajian berjalan maka pemberian remisi bagi koruptor dan teroris dihentikan," ujar Denny.

Sementara itu, Menkumham, Amir Syamsuddin mengatakan isu remisi bagi koruptor memang sudah lama disuarakan dan menjadi harapan bagi masyarakat. Karena itu menjadi perhatian oleh Pemerintah.

Apa yang telah dilakukan menteri sebelumnya yakni melakukan kajian terhadap penghilangan remisi bagi para koruptor, ia mengatakan akan dilanjutkan. Lebih dari itu, Kemkumham akan berupaya melakukan pembinaan lebih baik lagi terutama bagi para teroris.

Seperti diketahui remisi yang diterima para terpidana koruptor menjadi sorotan dari banyak pihak mulai dari lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat, tokoh agama, budayawan, para pengamat dan penggiat pemberantasan korupsi, hingga masyarakat.

Pemberian remisi bagi koruptor yang disamakan dengan terpidana lainnya mendapat kecaman dari banyak pihak, mengingat adanya kesepakatan bahwa koruptor sama dengan teroris yang mengancam hidup seseorang.
Redaktur: Mukafi Niam
Sumber: Antara

Senin, 17 Oktober 2011

Prospek dan Tantangan Perbankan Syariah

Pati, NU Online

Kepala Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Pati, Ferry Achmadsyah, S.E mengungkapkan bahwasa tahun 2015 yang akan datang ada peluang bagi lulusan Perbankan Syariah yakni dibutuhkan 120.000 orang tenaga Perbankan Syariah.

Demikian disampaikannya dalam Kuliah Umum “Prospek dan Tantangan Program Studi Perbankan Syariah dalam Memenuhi Kebutuhan Tenaga Terampil Lembaga Keuangan Syariah” di Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah (STAIMAFA) Patiakhir pekan kemarin.
Menurutnya, jumlah ratusan ribu tersebut tersebar di berbagai Bank Syariah BRI, BNI, BCA dan Bank Jateng. Sementara per unit membutuhkan tenaga antara 10-16 orang. “Lulusan Perbankan Syariah 2015 yang akan memiliki peluang untuk memasuki Bank Syariah,” paparnya.

Untuk mempersiapkan itu, Ferry memberikan tiga hal untuk mempersiapkannya. Pertama, pengetahuan. Dikatakannya, berkaitan dengan pengetahuan, bagi mahasiswa STAIMAFA tentu sudah tidak masalah karena sudah ditempuh di bangku kuliah. Kedua, Skill atau keahlian. Ia mengatakan untuk memberikan keahlian kepada mahasiswa, kampus yang bersangkutan bisa bekerjasama dengan bank. “Semisal bekerjasama dengan Bank, BSM dan Koperasi yang di situ memakai sistem Syariah,” katanya.

Ketiga, Attitude atau sikap, artinya, sikap kerja. Cermin karakter profesional. Interaksi yang bersangkutan dengan vertikal maupun horisontal.

Sementara itu, Moderator sekaligus Dosen STAIMAFA, Jamal Ma’mur Asmani, berkaitan dengan Attitude (sikap) yang dimiliki mahasiswa sudah sesuai dengan visi-misi STAIMAFA yakni berakhlak mulia, integritas dan kompetensi.

Jamal menambahkan adapun tantangan yang dihadapi Perbankan Syariah yakni tenaga sosialisasi Bank Syariah masih sangat minim. Oleh karenanya, ia berharap kepada mahasiswa setelah lulus mereka adalah orang yang akan menyosialisasikan hal tersebut kepada masyarakat.

Redaktur      : Hamzah Sahal
Kontributor  : Syaiful Mustaqim